Tingkatkan Kualitas Literasi Daerah, Dispersip Tanbu Akan Beri Penghargaan Para Komunitas Pejuang Literasi
NARASINUSANTARA.COM, TANAN BUMBU – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Kabupaten Tanah Bumbu (Kab Tanbu), akan memberikan penghargaan bagi komunitas pejuang literasi.
Kepala Dispersip Tanbu, Yulia Rahmadhani melalui Sekretaris Dispersip, M Saleh, menjelaskan penghargaan rencananya akan diberikan kepada penggiat literasi, pada acara Festival Literasi Bersujud tepatnya, Rabu tanggal 18 – 24 Oktober 2023 di Pantai Kota Pagatan.
“Betul sekali, kami sangat mengapresiasi peran mereka dalam membantu Dispersip Tanbu untuk meningkatkan minat baca, sekaligus mempromosikan Perpustakaan Tanah Bumbu,” ungkapnya pada Senin (09/10/2023) Siang.
Dalam hal ini, menurut informasi penghargaan akan diberikan kepada pejuang literasi daerah yaitu Komunitas Bestari, Komunitas Kopi Ambar, dan Komunitas Pelita.
“Termasuk seperti peran yang dilakukan Komunitas Pelita, mereka juga aktif mengadakan pelatihan – pelatihan, dalam rangka meningkatkan skill dan indeks literasi masyarakat di Tanbu,” bebernya.
Sepak terjang komunitas-komunitas tersebut, rupanya masih aktif melakukan pertemuan sebagai upaya menggerakkan literasi daerah, mengenalkan budaya membaca kepada anak sejak usia dini, maupun mengajak masyarakat berpikir kritis memajukan literasi.
Adapun dampak dari kurangnya literasi yaitu, rendahnya pengetahuan analisis, problem solving dan critical thinking yang menjadi pondasi utama untuk kecerdasan intelektual.
Informasi pada Kamis (31/08/2023), melalui situs website GoodStats bahwa Indonesia menempati peringkat ke 71 dari 77 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Survei tersebut menyebutkan urutan Indonesia berada di nomor 74 dari 79 atau enam peringkat dari bawah.
Sumber Informasi lewat website Perpustakaan Kemendagri menyebutkan pada Kamis (23/03/2021) di Jakarta, Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA), dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019.
“Tingkat literasi Indonesia pada penelitian di 70 negara itu berada di nomor 62,” ujar Staf ahli Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Suhajar Diantoro pada Rapat kordinasi nasional bidang perpustakaan tahun 2021.
Lebih lanjut, Kepala Perpusnas M Syarif Bando, mengatakan persoalan Indonesia adalah rendahnya tingkat literasi.
Pada dasarnya, literasi memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan, dan masyarakat secara umum. Dengan tingkat literasi yang tinggi, individu dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, berkomunikasi dengan efektif, dan mengambil keputusan serta informasi dalam berbagai aspek kehidupan mereka.
Hal tersebut dapat menjadikan seseorang sosok literat, yang dibutuhkan bangsa agar Indonesia dapat bangkit dari keterpurukan bahkan bersaing dan hidup sejajar dengan bangsa lain.
Pentingnya kesadaran berliterasi sangat mendukung keberhasilan seseorang dalam menangani berbagai persoalan.
Sementara itu, pihak Komunitas Bestari menyatakan sedang melakukan persiapan peningakatan literasi melalui Festival Literasi Bersujud, komunitas ini akan terlibat secara langsung.
Slogan Literasi Bertasi adalah “Menggerakkan Literasi, Mengkampanyekan Buku dan Edukasi, Memerangi Buta Makna.
Komunitas Bestari menyebut, jika membaca adalah sebuah perjalanan untuk menjelajahi dunia. (Anara)